Pages

Kamis, 19 Januari 2017

PUISI HOROR


"JERITAN RUMAH TUA"



aku berjinjit, memalingkan tolehku kesegala arah.
rumah tua, menyimpan banyak perkara.

kulangkahkan kaki kananku.
wangi melati menyeruak menyentuh hidung ku.

"camelia..camelia..camelia.."
namanya ku panggil kali tiga.
sosok tubuh berjalan lunglai.
rambut panjang terberai..
camelia..gadis tanpa muka.

mencoretkan derita dengan tinta.
tinta darah para pembunuhnya.

camelia terduduk dalam tunduk.
meracau dalam bisik-bisik busuk.
bagai mantra mandraguna.
kau bisa tuli seketika.

ku coba membaca.
alur kalimat berantakan.
tragedi mati camelia.
buka sekadar kecelakaan. 

"MIMPI DI UJUNG MALAM" 

Jangan…tidak
Berteriak sekuat yang bisa
Tak kuasa meski berontak
Semakin kuat dicengkeram luar biasa
Tak kuasa
Tak berdaya
Naluri ini tetap berupaya
Melawan nyeri cengrakam kuku kitamnya
Mata bola api
Hidungnya bak buntut sapi
Gigi berduri-duri
Rambut menjuntai bak kali
Sosok itu terus menerkam srigala
Membiarkan merintih sakit
Diselingi tatapan menyala
Ku terus menahan sakit
Dua pertiga tenaga habis
Peluh seperti terkikis
Bahkan terpipis
Seraya meringis
Detik berlalu
Aroma busuk mulai membisu
Ku lihat tangan ke leherku
Mencabut dengan kuku
Pertahanan terakhir tersisa
Berontak melepas mahluk jahanam
Kali ini harus bisa sekuat tenaga
Gerakkan semua yang ada
Tangan meninju kaki memancal
Mahluk hilang di kegelapan

"MALAM PALING MENGERIKAN"

 

Tahukah engkau malam yang menyelimuti bumi,
Seiring angin kencang dan terpaan hujan deras,
Malam tanpa gemerlap bintang-bintang surgawi,
Tatkala mata terhalang gelap tiada batas?
Walau malam itu sedemikian kelam, namun esok pun 'kan tiba,
Oh berbaringlah tenang dan tidurlah tanpa wasyangka!

Tahukah engkau malam yang menyelimuti hidup,
Ketika maut datang ke pembaringan terakhir
dan keabadian memanggil tak lagi sayup,
Hingga denyut nadimu pun berhenti mengalir?
Walau malam itu sedemikian kelam, namun esok pun 'kan tiba,
Oh berbaringlah tenang dan tidurlah tanpa wasyangka!

Tahukah engkau malam yang menyelimuti jiwa,
Saat permohonan ampun tiada digubris,
Malam bagai beludak yang membelit sukma
dan meracuni pikiran dengan seribu iblis?
Oh jauhkanlah dirimu dari kengerian ini,
Sebab malam yang ini tak berujung pagi!


 

0 komentar:

Posting Komentar